http://www.bubblews.com |
Dulu, saya mengenal Pak Ciputra dari media. Saya tertarik pada pemikiran Pak Ci yang berbeda dengan berbagai eksekutif lain. Ketika itu Pak Ci masih menjadi presiden direktur Jaya Group, sebuah perusahaan kepunyaan Pemda DKI Jakarta. Tapi, BUMD yang satu ini memang sudah berbeda dari BUMD lain di Indonesia.
Konon ceritanya, Pak Ci-lah yang sesudah lulus dari ITB lantas "menantang" Pemda DKI untuk "menyulap" Ancol. Rawa-rawa yang dulu disebut tempat membuang jin diimpikan untuk menjadi tempat hiburan terbesar di Asia Tenggara seperti yang sekarang ada.
Rawa-rawa yang dulu boleh dikatakan no price diimpikan jadi high price seperti sekarang. Karena tantangan Pak Ci dianggap menarik, didirikanlah sebuah BUMD khusus untuk melakukan itu.
Akhirnya, proyek Ancol sukses dan berlanjut dengan berbagai proyek properti lain. Karena itu, ketika saya bertemu Pak Ci untuk kali pertama, beliau memang sudah jadi eksekutif besar dari sebuah BUMD besar. Tapi, Ciputra bukan eksekutif biasa, tapi seorang eksekutif yang entrepreneurial.
Inilah yang disebut intrapreneur. Karena itulah, Pak Ci selalu mengajak karyawan Jaya Group punya culture yang tinggi sense of ownership-nya. Nah, suatu ketika saya membaca di media bahwa Pak Ci baru saja bicara tentang Teori Z di suatu seminar di Jakarta. Padahal, saya baru aja bertemu dengan William Ouchi, penulis buku Teori Z, di kampus UCLA.
Dr Ouchi adalah orang Jepang yang menjadi profesor di UCLA dan salah satu mahasiswa S-2nya adalah Nugroho Setyadharma yang sekarang CEO Ranch Market. Sedangkan Nugroho dulu adalah siswa SMAK St Louis Surabaya, tempat saya mengajarkan matematika dan fisika selama 15 tahun. Maka, ketika berkunjung ke California, saya sempat diperkenalkan ke profesornya, ya si William Ouchi ini.
Nah, saya yang bekas bekerja di PT Panggung Electronic Industries dan berhubungan dengan banyak perusahaan Jepang menjadi suka pada Teori Z. Kenapa? Ya, karena teori ini mengonsepkan apa yang disebut manajemen Jepang yang waktu itu sangat terkenal. Teori Z bukan Teori X, juga bukan Teori Y.
Kalau Teori X, dasarnya manusia itu harus diawasi dengan ketat supaya kinerjanya bagus. Kalau tidak diawasi seperti itu, ada anggapan manusia cenderung akan "menyeleweng" dari kewajiban. Sedangkan Teori Y punya asumsi bahwa manusia itu dasarnya baik adanya. Harus dipercaya, supaya performance-nya bagus. Tidak perlu diawasi terlalu ketat dan harus diberi kebebasan supaya bisa berkembang.
Teori Z? Oleh William Ouchi disebut begitu, karena berdasarkan risetnya, perusahaan Jepang bisa berhasil karena tidak menganut keduanya. Manusia tidak perlu dikontrol habis-habisan seperti pada Teori X, tapi juga jangan dibiarkan habis-habisan seperti pada Teori Y.
Di perusahaan Jepang, waktu itu, karyawan yang sudah diterima di suatu perusahaan dianggap anggota keluarga. CEO adalah kepala keluarga yang dihormati semua orang dan biasanya sangat senior. Sedangkan yang junior akan belajar dari para senior supaya bisa menerapkan ilmu yang didapat dari sekolah.
Waktu itu, perusahaan Jepang menerapkan life time employment, di mana karyawan tidak pernah berpikir "keluar" dari perusahaan. Mereka akan bekerja sampai pensiun. Bahkan, beberapa perusahaan menyediakan kuburan bagi karyawannya.
Karyawan dirotasikan terus fungsinya supaya mengenal semua aspek perusahaan, jadi tidak fanatik pada satu fungsi. Seorang karyawan bagian penjualan sering harus masuk di bagian pembelian dulu.
Maksudnya? Supaya tahu "rasa"-nya jadi pembeli yang sering di-"service" penjual. Orang marketing juga harus pernah menjadi orang finance, supaya bisa punya perhitungan sebelum membuang uang. Orang produksi biasanya cinta pada produknya, karena dia yang membuat.
Karena itu, banyak orang di perusahaan Jepang digembleng di pabrik dulu baru ke tempat lain. Orang R & D harus turun pasar supaya tahu apa yang diinginkan pelanggan. Sebelum menjadi pimpinan puncak, biasanya seseorang harus pernah menjadi kepala HRD, supaya bisa memimpin orang.
Teori Z tidak persis seperti itu, tapi lebih luas dari itu. Antara lain menceritakan hubungan "kekeluargaan" antara sebuah perusahaan dengan suppliers dan distributornya.
Nah, karena saya pernah berhubungan dengan perusahaan Jepang secara intensif, saya jadi tertarik pada Teori Z.
Karena itulah, begitu saya baca di suatu media bahwa Ciputra suka pada teori ini, saya pun
Jadi Teori Z lah yang membuat pertama kali saya tertarik menghubungi pak Ciputra. Besok saya akan bercerita bagaimana saya menghubungi beliau. (*)
sumber : http://cuanterus.blogspot.com/2010/01/grow-with-character-10100-series-by.html
0 komentar:
Post a Comment