Intisari-Online.com – Suatu tengah malam. Seorang teman lama mengirim pesan pendek lewat ponsel, “Sore tadi rumah saya terbakar.” Saya kaget. Ia seorang yang ulet bekerja, pandai membawa diri, tak suka menyakiti hati orang lain, ramah pada siapa pun. Ia sisihkan gajinya bulan demi bulan, sampai akhirnya mampu mencicil rumah tipe 36 di kawasan Tangerang. Bersama istri dan ketiga anaknya, ia isi rumah itu dengan kehangatan, kebersahajaan, dan kebahagiaan.
Kini rumah itu telah musnah atapnya. Tetangga sebelah teledor, hingga terjadi hubungan pendek arus listrik. Kebakaran itu melalap separuh rumah, sebelum menyambar rumah teman saya tadi. Terpukul, tentu. Wajahnya kuyu, tubuhnya lemas. Habis sudah jerih payahnya selama ini. Sepertiga gajinya untuk mencicil, sepertiga lagi untuk sekolah anak, dan sisanya untuk makan dan transport. Dari mana lagi uang untuk memperbaiki rumah?
Ditambah ada tetangga bermulut jahat, mengumbar kecurigaan: bukan tak mungkin sumber api berasal dari rumah teman saya. Ia marah, hampir meledak. Kuduknya tegang. Saya mencoba menenangkan sekenanya, “Ini cobaan Tuhan. Tabah, sabar, tawakkal.” Matanya sedikit menyala.
Esok lusanya saya bertandang lagi. Syukurlah, wajahnya lebih tenang. Kami mengobrol sambil duduk bersila di rumah tumpangannya. Tak dinyana, kemarin teman-temannya di kantor lama menggalang dana. Bantuan finansial pun bercucuran ke rekeningnya. Apa yang membuat segala kemudahan terbuka baginya?
Cerita ia, ketika salat, segala kemarahan, sakit hati, kebencian, buruk sangka, putus asa, segala perasaan dan pikiran negatif, ia lepaskan dalam hampa, hati merongga, ia merasakan kekosongan tanpa ruang, tanpa tepi. Saat tangan menengadah, dirinya seperti menganga. Itulah detik-detik ia merasa hatinya teramat ringan, sehingga musibah terasa anugerah.
Sejurus kemudian, segala kebuntuan tersibak. Tetangga menawarinya tumpangan dan mengirimi makanan, teman-teman mulai berdatangan, rekening banknya mulai menggeliat, RT/RW siap membantu sebagian biaya renovasi, dsb. Malah, ia berbisik, kini uangnya mulai berlipat kali dibandingkan sebelum kebakaran. Kuncinya hanya satu kata: Ikhlas. (Intisari)
0 komentar:
Post a Comment